Powered By Blogger

Sabtu, 30 April 2011

makna keadilan

tema : manusia dan keadilan

dalam islam keadilan adalah sesuatu yang salah satu hal yang sangat diperhatikan maknanya, dengan suatu keadilan kita dapat membela yang benar dan menghukum yang salah.


Makna-makna Keadilan

Beberapa makna keadilan, antara lain;
Pertama, adil berarti “sama”

Sama berarti tidak membedakan seseorang dengan yang lain. Persamaan yang dimaksud dalam konteks ini adalah persamaan hak. Allah SWT berfirman: “Apabila kamu memutuskan perkara di antara manusia, maka hendaklah engkau memutuskannya dengan adil...” (Surah al-Nisa'/4: 58).

Manusia memang tidak seharusnya dibeda-bedakan satu sama lain berdasarkan latar belakangnya. Kaya-papa, laki-puteri, pejabat-rakyat, dan sebagainya, harus diposisikan setara.

Kedua, adil berarti “seimbang”

Allah SWT berfirman: Wahai manusia, apakah yang memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah? Yang menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu, dan mengadilkan kamu (menjadikan susunan tubuhmu seimbang). (Surah al-Infithar/82: 6-7).

Seandainya ada salah satu anggota tubuh kita berlebih atau berkurang dari kadar atau syarat yang seharusnya, pasti tidak akan terjadi keseimbangan (keadilan).

Ketiga, adil berarti “perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu pada setiap pemiliknya”

“Adil” dalam hal ini bisa didefinisikan sebagai wadh al-syai’ fi mahallihi (menempatkan sesuatu pada tempatnya). Lawannya adalah “zalim”, yaitu wadh’ al-syai’ fi ghairi mahallihi (menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya). “Sungguh merusak permainan catur, jika menempatkan gajah di tempat raja,” ujar pepatah. Pengertian keadilan seperti ini akan melahirkan keadilan sosial.

Keempat, adil yang dinisbatkan pada Ilahi.

Semua wujud tidak memiliki hak atas Allah SWT. Keadilan Ilahi merupakan rahmat dan kebaikan-Nya. Keadilan-Nya mengandung konsekuensi bahwa rahmat Allah SWT tidak tertahan untuk diperoleh sejauh makhluk itu dapat meraihnya.

Allah disebut qaiman bilqisth (yang menegakkan keadilan) (Surah Ali ‘Imram/3: 18). Allah SWT berfirman: Dan Tuhanmu tidak berlaku aniaya kepada hamba-hamba-Nya (Surah Fushshilat/41: 46).

Perintah Berbuat Adil

Banyak sekali ayat al-Qur’an yang memerintah kita berbuat adil. Misalnya, Allah SWT berfirman: Berlaku adillah! Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. (Surah al-Ma-idah/5: 8).

Dijelaskan ayat ini, keadilan itu sangat dekat dengan ketakwaan. Orang yang berbuat adil berarti orang yang bertakwa. Orang yang tidak berbuat adil alias zalim berarti orang yang tidak bertakwa. Dan, hanya orang adil-lah (berarti orang yang bertakwa) yang bisa mensejahterakan masyarakatnya.

Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman: Katakanlah, "Tuhanku memerintahkan menjalankan al-qisth (keadilan)" (Surah al-A’raf/7: 29). Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku adil dan berbuat ihsan (kebajikan) (Surah al-Nahl/16: 90). Sesungguhnya Allah telah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil). Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-sebaiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Surah al-Nisa/4: 58).

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang benar-benar menegakkan Keadilan, menjadi saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri ataupun ibu bapakmu dan keluargamu. Jika ia kaya ataupun miskin, Allah lebih mengetahui keadaan keduanya, maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, sehingga kamu tidak berlaku adil. Jika kamu memutar balikkan, atau engggan menjadi saksi, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (Surah al-Nisa’/4:135).

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (Surah al-Hujurat/49: 9).

tanggung jawab sebagai seorang muslim

tema : manusia dan tanggung jawab

Sebagai umat islam hendaknya kita menyadari bahwa kita diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi seseorang yang berguna untuk agama dan semua mahkluk di dunia.

Oleh karena itu hendaknya kita perlu menyadari bahwa seorang muslim yang baik adalah seseorang yang mau melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang muslim dan diantara nya adalah :

Tanggungjawab Kepada Allah

Adalah Menjadi Tanggungjawab Seorang Muslim Mentaati Setiap Perintah Allah Dan Menjauhi Larangannya. Tanggungjawab Ini Hanya Akan Tertunai, Sekiranya Ada Perasaan Takut Kepada Allah Di Dalam Hati Setiap Muslim. Rasulullah Saw Bersabda Bahawa Allah SWT Berfirman:-

“Demi Kemuliaan Dan Kebenaran Ku, Aku Tidak Akan Menghimpun Dua Kali Rasa Takut Atau Aman Bagi Hamba Ku . Siapa Yang Takut Kepada Ku Di Dunia, Makan Aku Aman Kan Dia Di Akhirat Dan Siapa Yang Merasa Aman Dari Ku D Idunia, Aku Takutkan Dia Dia Akhirat” (Kitab Tanbihul Ghafilin)


Tanggungjawab Kepada Rasulullah

Sebagai Menyatakan Rasa Syukur Kepada Allah SWT, Berterima Kasih Dan Sayang Kita Kepada Rasulullah Saw, Maka Setiap Muslim Harus Memperbanyakkan Bacaan Selawat Untuk Baginda. Sabda Baginda:-

“Siapa Membaca Selawat Untuk Ku Satu Kali Dengan Tulus Ikhlas Maka Allah Akan Memberi Selawat (Rahmat) Kepadanya Sepuluh Kali Dan Diangkat Darjatnya Dan Diampunkan Sepuluh Dosanya”. Kitab Tanbihul Ghafilin)


Tanggungjawab Sebagai Anak

Seorang Sahabat Dari Suku Bani Salimah Telah Dating Kepada Nabi Muhammad Saw, Katanya: “Kedua Orang Tua Aku Telah Mati . Apakah Ada Jalan Bagi Aku Untuk Berbakti Kepada Keduanya Sesudah Mati Itu? Sabda Baginda Saw:-

“Ya Membacakan Istighfar Untuk Mereka, Melaksanakan Wasiat Mereka, Menghormati Sahabat Mereka Dan Menghubungi Kaun Keluarga.” (Kitab Tanbihul Ghafilin).


Tanggungjawab Kepada Sesama Muslim

“Kewajipan Seorang Muslim Terhadap Saudaranya Sesame Muslim Ada Enam Perkara, Sesiapa Meninggalkan Satu Bererti Meninggalkan Satu Kewajipan; Jika Diundang Harus Dating, Jika Sakit Harus Dijenguk (Ziarah), Jika Mati Harus Dihantar Jenazahnya 9menghadirkan Diri), Jika Bertemu Harus Memberi Salam, Jika Minta Nasihat Harus Dinasihati Dan Jika Bersin Harus Di Doakan”. (Kitab Tanbihul Ghafilin)


Tanggungjawab Kepada Jiran

“Tidak Beriman Seorang Hamba Sehingga Aman Jiran Tertangganya Dari Gangguannya. Sahabat Bertanya: Apakah Gangguan Itu Ya Rasullulah? Jawab Rasulullah Saw: Tipuan Dan Aniaya”. (Kitab Tanbihul Ghafilin)


Tanggungjawab Menegakkan Agama Allah Dan Mempertahankan Negara

Sabda Rasulullah Saw:

“Keluar Pagi Atau Petang Untuk Berjihat Fi Sabilillah Itu Lebih Afdhal (Utama) Daripada Bumi Seisinya Dan Berdiri Seseorang Dalam Barisan Jihad Itu Lebih Utama Daripada Ibadat Enam Puluh Tahun” (Kitab Tanbihul Ghafilin)

Selasa, 26 April 2011

Manusia dan Tanggung Jawab

Setiap manusia yang dilahirkan sudah memiliki tanggung jawab untuk ke depannya menjalani kehidupan, namun banyak diantara kita banyak yang tidak mengerti apa arti tanggung jawab itu sendiri. Manusia yang baik adalah manusia yang berani mengambil tanggung jawab nya dengan ikhlas.

Pengertian tanggung jawab memang seringkali terasa sulit untuk menerangkannya dengan tepat. Adakalanya tanggung jawab dikaitkan dengan keharusan untuk berbuat sesuatu, atau kadang-kadang dihubungkan dengan kesedihan untuk menerima konsekuensi dari suatu perbuatan.

Banyaknya bentuk tanggung jawab ini menyebabkan terasa sulit merumuskannya dalam bentuk kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti. Tetapi kalau kita amati lebih jauh, pengertian tanggung jawab selalu berkisar pada kesadaran untuk melakukan, kesediaan
untuk melakukan, dan kemampuan untuk melakukan.

Dalam kebudayaan kita, umumnya "tanggung jawab" diartikan sebagai
keharusan untuk "menanggung" dan "menjawab" dalam pengertian lain
yaitu suatu keharusan untuk menanggung akibat yang ditimbulkan oleh
perilaku seseorang dalam rangka menjawab suatu persoalan.

Pada umumnya banyak keluarga berharap dapat mengajarkan tanggung
jawab dengan memberikan tugas-tugas kecil kepada anak dalam
kehidupan sehari-hari. Dan sebagai orangtua tentunya kita pun
berkeinginan untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada anak.

Tuntutan yang teguh bahwa anak harus setia melakukan tugas-tugas
kecil itu, memang menimbulkan ketaatan. Namun demikian bersamaan
dengan itu bisa juga timbul suatu pengaruh yang tidak kita inginkan
bagi pembentukan watak anak, karena pada dasarnya rasa tanggung
jawab bukanlah hal yang dapat diletakkan pada seseorang dari luar,
rasa tanggung jawab tumbuh dari dalam, mendapatkan pengarahan dan
pemupukan dari sistem nilai yang kita dapati dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat. Rasa tanggung jawab yang tidak bertumpuk
pada nilai-nilai positif, adakalanya dapat berubah menjadi sesuatu
yang asosial.




Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mendidik anak sejak
usia dini agar menjadi anak yang bertanggung jawab, sebagaimana
Charles Schaeffer, Ph.D. mengutip apa yang pernah dikemukakan oleh
Dr. Carlotta De Lerma, tentang prinsip-prinsip penting yang harus
dilakukan untuk membantu anak bertanggung jawab.


1. Memberi teladan yang baik.

Dalam mengajarkan tanggung jawab kepada anak, akan lebih berhasil
dengan memberikan suatu teladan yang baik. Cara ini mengajarkan
kepada anak bukan saja apa yang harus dilakukan dan bagaimana
cara melakukannya, akan tetapi juga bagaimana orangtua melakukan
tugas semacam itu.


2. Tetap dalam pendirian dan teguh dalam prinsip.

Dalam hal melakukan pekerjaan, orangtua harus melihat apakah anak
melakukannya dengan segenap hati dan tekun. Sangat penting bagi
orangtua untuk memberikan suatu perhatian pada tugas yang tengah
dilakukan oleh si anak. Janganlah sekali-kali kita menunjukkan
secara langsung tentang kesalahan-kesalahan anak, tetapi
nyatakanlah bagaimana cara memperbaiki kesalahan tersebut. Dengan
demikian orantua tetap dalam pendirian, dan teguh dalam prinsip
untuk menanamkan rasa tanggung jawab kepada anaknya.


3. Memberi anjuran atau perintah hendaknya jelas dan terperinci.

Orangtua dalam memberi perintah ataupun anjuran, hendaklah
diucapkan atau disampaikan dengan cukup jelas dan terperinci agar
anak mengerti dalam melakukan tugas yang dibebankan kepadanya.


4. Memberi ganjaran atas kesalahan.

Orangtua hendaknya tetap memberi perhatian kepada setiap
pekerjaan anak yang telah dilakukannya sesuai dengan
kemampuannya. Tidak patut mencela pekerjaan anak yang tidak
diselesaikannya. Kalau ternyata anak belum dapat menyelesaikan
pekerjaannya saat itu, anjurkanlah untuk dapat melakukan atau
melanjutkannya besok hari. Dengan memberikan suatu pujian atau
penghargaan, akan membuat anak tetap berkeinginan menyelesaikan
pekerjaan itu. Seringkali orangtua senang menjatuhkan suatu
hukuman kepada anak yang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya.
Andaikan memungkinkan lebih baik memberikan ganjaran atas
kesalahan dan tidak semata-mata mempermasalahkannya.


5. Jangan terlalu banyak menuntut.

Orangtua selayaknya tidak patut terlalu banyak menuntut dari
anak, sehingga dengan sewenang-wenang memberi tanggung jawab yang
tidak sesuai dengan kemampuannya. Berikanlah tanggung jawab itu
setahap demi setahap, agar si anak dapat menyanggupi dan
menyenangi pekerjaan itu.

Suatu kebiasaan yang keliru pada orangtua dalam hal mendidik
anak, adalah bahwa mereka seringkali sangat memperhatikan dan
mengikuti emosinya sendiri. Tetapi sebaliknya emosi anak-anak
justru kurang diperhatikan. Orangtua boleh saja marah kepada
anak, akan tetapi jagalah supaya kemarahan yang dinyatakan dalam
tindakan seperti omelan dan hukuman itu benar-benar tepat untuk
perkembangan jiwa anak. Dengan perkataan lain, marahlah pada saat
si anak memang perlu dimarahi.

Anak-anak yang sudah mampu berespon secara tepat, adalah anak yang
sudah mampu berfikir dalam mendahulukan kepentingan pribadi. Dan
anak seperti ini sudah tinggal selangkah lagi kepada pemilikan rasa
tanggung jawab.

Pada hakekatnya tanggung jawab itu tergantung kepada kemampuan,
janganlah lantas kita mengatakan bahwa anak yang berusia tujuh tahun
itu tidak mempunyai tanggung jawab, karena tidak menjaga adiknya
secara baik, sehingga si adik terjatuh dari atas tembok.
Sesungguhnya anak yang baru berusia tujuh tahun tidak akan mampu
melakukan hal seperti itu. Jelaslah bahwa beban tanggung jawab yang
diserahkan pada seorang anak haruslah disesuaikan dengan tingkat
kematangan anak. Untuk itu dengan sendirinya orangtua merasa perlu
untuk lebih jauh mengenal tentang kemampuan anaknya.


Dalam memberikan anak suatu informasi tentang hal yang harus
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan adalah sangat penting.
Tanpa pengetahuan ini anak tidak bisa disalahkan bila ia tidak mau
melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Namun untuk sekedar
memberitahu secara lisan, seringkali tidak cukup. Orangtua juga
harus bisa menjelaskan dengan contoh bagaimana caranya melakukan hal
tersebut, disamping harus dijelaskan alasan-alasan mengapa hal itu
harus dilakukan, atau tidak boleh dilakukan.

Biasanya kita cenderung untuk melihat rasa tanggung jawab dari segi-
segi yang konkrit, seperti: apakah tingkah lakunya sopan atau tidak;
kamar anak bersih atau tidak; apakah si anak sering terlambat datang
ke sekolah atau tidak; dan sebagainya.

Seorang anak bisa saja berlaku sopan, datang ke sekolah tepat pada
waktunya, tetapi masih juga membuat keputusan-keputusan yang tidak
bertanggungjawab. Contoh seperti ini seringkali kita jumpai terutama
pada anak-anak yang selalu mendapatkan instruksi atau petunjuk dari
orangtua mengenai apa yang mesti mereka kerjakan, sehingga mereka
kurang mendapat kesempatan untuk mengadakan penilaian sendiri,
mengambil keputusan sendiri serta mengembangkan norma-norma yang ada
dalam dirinya.


Rasa tanggung jawab sejati haruslah bersumber pada nilai-nilai asasi
kemanusiaan. Nilai-nilai tidak dapat diajarkan secara langsung.
Nilai-nilai dihirup oleh anak dan menjadi bagian dari dirinya hanya
melalui proses identifikasi, dengan pengertian lain, anak menyamakan
dirinya dengan orang yang ia cintai dan ia hormati serta berusaha
meniru mereka. Contoh hidup yang diberikan orangtua, akan
menciptakan suasana yang diperlukan untuk belajar bertanggung jawab.
Pengalaman-pengalaman konkrit tertentu memperkokoh pelajaran itu,
sehingga menjadi bagian dari watak dan kepribadian anak.

Jadi jelaslah, bahwa masalah rasa tanggung jawab pada anak, akhirnya
kembali pada orangtuanya sendiri, atau dengan kata lain terpulang
pada nilai-nilai dalam diri orangtua, yaitu seperti tercermin dalam
mengasuh dan mendidik anak.

Sumber:
Butir-Butir Mutiara Rumah Tangga, Alex Sobur, , halaman 245 - 249, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987.
Pandangan hidup yang salah
Tema : manusia dan pandangan hidup

Pandangan hidup memang penting tetapi pandangan hidup itu sendiri seharusnya bisa membawa seseoran menjadi lebih baik bukan sebaliknya membuat seseorang menjadi lebih buruk dan merugikan orang lain.

Seperti yang ada di negara kita sekarang ini, semakin maraknya kasus terorisme. Masalah ini terjadi akibat kurang tepatnya pandangan suatu orang terhadap masalah kehidupan sehari – hari. Mereka manafsirkan atau mengartikan suatu ajaran secara sepotong – sepotong dan hanya berdasarkan pada satu atau dua sumber saja tidak melihat keadaan sekitar yang diperkirakan secara logika sehingga mendapatkan penjelasan yang kurang tepat.

Mereka berpandangan bahwa semua orang yang menentang atau memusuhi keyakinannya adalah musuh buat mereka dan itu harus dimusnahkan dari muka bumi ini untuk tersciptanya kehidupan yang aman dan sejahtera. Padahal kalau kita perhatikan sebenarnya pandangan mereka terhadap masalah tersebut adalah kurang tepat, bukan sewajarnya orang yang keliru itu disadarkan untuk kembali ke jalan yang lurus bukan malah ditiadakan atau dimusnahkan.

Tetapi pandangan seperti itu seperti sudah mendarah daging pada diri mereka dan orang – orang pengikutnya. Bahkan mereka menganggap kalau melakukan hal tersebut akan mendapat suatu pahala yang besar dan kalaupun mereka maninggal dalam menjalankan aksi mereka tersebut dianggap sebagai mati syahid. Padahal kalau diamati justru perbuatan yang mereka lakukan itu sangat merugikan orang lain, seperti menghilangkan nyawa orang lain pasti keluarga yang ditinggalkan itu akan menyimpan duka yang sangat mendalam dan bahkan sulit untuk dihilangkan. Banyak anak kecil yang kehilangan orang tuanya, para orang tua kehilangan lapangan pekerjaan, dan lain sebagainya.

Mereka juga tidak segan segan untuk menyebarkan ajarannya tersebut kepada orang – orang yang ada disekitarnya sehingga pengikut semakin banyak. Dan hal tersebut tidak akan berhenti sebelum apa yang mereka inginkan tercapai.

Seperti yang kita lihat sekarang ini, meskipun pimpinan gembong teroris sudah banyak yang tertangkap tetapi terorisme masih terus terjadi.

Hal tersebut dikarenakan bahwa ajaran yang mereka ajarkan masih belum mati dan terus berjalan sehingga siapa saja bisa menerukan ajaran tersebut meskipun sang pemimpin telah tiada, karena mereka bisa membentuk kader – kader pemimpin baru.

Untuk masalah tersebut hal yang harus dibenahi sebeneranya adalah pandangan hidup pada pribadi masing masing orang tersebut. Kalau yaang dibasmi adalah pemimpinnya itu belum bisa menuntaskan permasalahan karena pengikutnya masih banyak dan hal itu sulit untuk ditelusuri satu persatu. Kalau pandangan hidup mereka sudah kembali ke jalan yang benar, tidak perlu lagi diperintah pun mereka akan menghentikan aksi aksi yang mereka jalankan sekarang ini dengan kesadaran probabadi.

Manusia dan Pandangan Hidup

Manusia dan Pandangan Hidup

Kita sebagai manusia pasti memiliki apa itu pandangan hidup, karena dengan adanya pendangan hidup, hidup kita akan menjadi lebih jelas karena memiliki tujuan atau pandangan kedepannya.

Apabila seseorang tidak memiliki pandangan hidup maka ia akan menjadi tidak jelas hidupnya, mengapa karena ia tidak memiliki tujuan hidupnya nanti akan seperti apa.

Pengertian Pandangan Hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani dan rohani.

Pandangan hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau negara. Semua manusia pasti mempunyai suatu pandangan hidup sendiri – sendiri dan kemungkinan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

Tak sedikit pula orang yang mempunyai pandangan hidup yang sangat bertentangan dengan pandangan hidup orang yang lainnya, itulah yang sering memicu perdebatan diantara umat manusia dalam kehidupan sehari hari.

Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya.

Akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasaikan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :

(A) Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya

(B) Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norms yang terdapat pada negara tersebut.

(C) Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu organisasi, maka pandangan hidup itu disebut ideologi. Jika organisasi itu organisasi politik, ideologinya disebut ideologi politik. Jika organisasi itu negara, ideologinya disebut ideologi negara.

Pandangan hidup pada dasamya mempunyai unsur-unsur yaitu cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan. Cita - cita ialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia malunur, bahagia, damai, tentram.

Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan.

Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani, dan kepercayaan kepada Tuhan.

KEADILAN DI INDONESIA SEKARANG BISA DIBELI

KEADILAN DI INDONESIA SEKARANG BISA DIBELI
Tema : manusia dan keadilan

Arti keadilan sendiri adalah dimana membela yang benar dan menghukum yang salah, bukan sebaliknya membela yang salah dan memberi hukuman kepada yang melakukan kebenaran.

Atau kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar.

Tapi, banyaknya jumlah dan variasi teori keadilan memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan dan realita ketidakadilan, karena definisi apakah keadilan itu sendiri tidak jelas. keadilan intinya adalah meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya

di Indonesia keadilan belum bisa ditegakkan sesuai tuntutan negara hukum, sudah tercermin di dalam praktek kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Saat ini di Indonesia terdapat lebih dari cukup norma-norma hukum, tapi ironisnya sulit sekali mencari keadilan. Sebab di mana saja masih bertengger orang-orang yang jiwanya hitam kelam yang tidak bisa ditembus sinar terang.

Contoh kasus :

Bebasnya Gayus Tambunan, terdakwa kasus penggelapan pajak, melenggang keluar-masuk Rumah Tahanan Mako Brimob bukanlah peristiwa baru.

Ini mencerminkan bahwa masih kurang tegasnya aparat hukuum yang berwajib dalam melakukan keadilan.

Dan Kenyataan dewasa ini di Indonesia belum ada persatuan ke arah perjuangan menegakkan keadilan. Kesadaran untuk perjuangan bersama sangat tipis, semua mengarah kepada kepentingan golongan dalam menegakkan keadilan/HAM.